Jumat, 26 September 2014

Ilmu Bahasa Indonesia : Bentuk dan Contoh Resensi Buku


Cinta Tidak Mengenal Ras
(Puspa Rani Sanggar Sari)

gambar buku

Judul Buku   : Cinta Bersemi Di Seberang tembok
Penulis         : Bagin
Penerbit      : Balai Pustaka, Jakarta 2004
Cetakan       : Ke 10
Tebal           : 143 Halaman
Harga          : Rp 17.000,00





Novel genre fiksi karya novelis ini tergolong unik, karena di dalamnya terdapat semangat kebangsaan, persatuan dan kesatuan. Inilah salah satu hal yang membuat karya Bagin terasa menarik.
Novel ini menceritakan sebuah kisah cinta yang dramatis, penuh dengan pengorbanan dan tantangan. Dengan diselingi sejarah pada masa penjajahan dan factor social budaya, membuat novel ini terkesan unik dan tidak membosankan.
Di tengah kesibukannya menulis cerpen dan artikel kebudayaan di sebuah majalah dan surat kabar, Bagin menyempurnakan novel ini dengan baik. Dengan teknik bercerita yang apik dan kekayaan pengetahuan kebudayaan penulisnya, membuat novel ini menarik untuk dibaca orang banyak.
Struktur pengisahan dalam novel ini tidak linear. Struktur tersebut selaras dengan factor politik, social dan kebudayaan yang memandang waktu bersifat non linear. Melalui struktur pengisahan tersebut, Bagin memperkenalkan tokoh-tokoh novelnya yang cerdas, terpelajar, bijaksana, tidak mudah putus asa dan pantang menyerah.
Kisah diawali ketika Yusuf yang menderita akibat penjajahan Belanda dan Jepang. Dan dengan perjuangan para pahlawan kita, Indonesia dapat merdeka dan keluarga Yusuf terbebas dari penderitaannya. Beberapa tahun kemudian, Yusuf telah menjadi sarjana Sejarah Kebudayaan. Yusuf tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bertanggung jawab. Dan pada suatu ketika, Yusuf jatuh cinta kepada gadis Tionghoa. Ini menjadi kontroversi pada kedua pihak keluarga dan masyarakat sekitarnya. Karena, itu dapat melanggar kebudayaan dari masing-masing ras tersebut. Karena kekokohan hati yang dimiliki Yusuf dan Lien Min, akhirnya mereka menikah walaupun tidak disetujui oleh kedua belah pihak keluarga. Dan seiring berjalannya waktu, kedua keluarga tersebut dapat menerima keadaan bahwa anaknya telah menikah, dan akhirnya mereka hidup bahagia.
Kendati novel ini mengundang banyak pujian dari beberapa pihak, ada beberapa catatan penting yang dapat kita ajukan pada pengarangnya. Seperti pada novel-novel Indonesia lainnya, penulis-penulis tersebut banyak mengambil tema percintaan yang berakhir dengan kebahagiaan. Memang tidak ada salahnya mengambil tema percintaan, karena setiap manusia membutuhkan cinta. Tapi mengapatidak membuat cerita fiksi percintaan ini dengan sesuatu yang lain daripada yang lainnya.Terlepas dari retakan tersebut, novel ini menggemakan sebuah kebenaran bagi kita tentang cinta yang tidak mengenal etnik atau adat istiadat, walau moral kemanusiaan tetap dijunjung tinggi, sebagai landasan tembok beku yang menunda proses menembus sejarah untuk membangun babak baru moral manusia, melarasi cita kesatuan bangsa.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar